Selasa, 13 Juni 2017

Untuk Tangse

Orang yang terlihat sabar selalu  menakutkan saat marah. Begitu juga alam ini, saat penompang  kehidupan (Hutan) dirusak, maka surgapun akan menjadi neraka.

Sudah Tiga tahun berlalu sejak banjir bandang terakhir di penghujung 2012 menyapu beberapa rumah di perkampungan Tangse, Pidie. Luasan hutan yang merosok akibat penambangan, pembukaan lahan perkebunan, dan penebangan pohon di hulu, menjadi satu alasan yang pasti atas kejadian yang pernah merengut nyawa.

Kondisi Topografi gunung yang berlembah-lembah  Menjadikannya rentan terhadap longsor dan banjir bila pengungunan di atanya telah di gunduli.

Banjir yang paling terdahsyat juga pernah terjadi pada penghujung tahun 2011. Air bah itu juga di sebut sebagai "Banjir Bandang Pertama di Tangse".

Potongan bulatan pohon bekas Sengso (Gergaji Mesin) bertebaran di perkampungan yang terkena terjangan air bah. Kayu-kayu menumpuk bermeter-meter kubik di pingiran sungai usai air bandang meluncur bebas.

Tidak hanya mengakibatkan kerugian materi, sebanyak 12 orang korban jiwa juga ditemukan Tim Sar yang ikut dibantu oleh relawan dari  Mahasiswa Pencinta Alam Aceh.

Pada tahun 2013 dan 2014 banjir juga datang, tapi dengan sedikit ramah.

Langit tangse, memang sering menangis. Banjir, mulai menjadi tamu  yang selalu datang tiap tahunnya.

Seperti tadi, "kembang desa" Aceh itu, menangis tersedu-sedu memberi kabar.

Banjir datang lagi, bang.
Rumahku hanyut.
Ternakku me-liar.
Tanahku remuk.
Pohonku tumbang.

Abang..
Petaka dari mana ini?
Sungaiku tidak bersalah bang
Hutanku tak berdaya bang

Abang..
Tidak mungkin kusalahkan Hujan
Tidak mungkin kusalah Tuhan.
Kita khalifah di bumi
Alam ini diberikan dalam kondisi baru kan bang?

Abang..
Malam ini aku ketakutan
Aku kedinginan
Tetangga di tunong juga ketakutan. 
Jalan Geumpang putus.
Tiada tempat paling aman bila bencana tiba, kata mereka.

Bala seperti apa ini?
Penampung rezeki ku (Hutan) rusak bang.
Aku merasa miskin dalam rezeki yang melimpah
surga tergadai untuk neraka

Bang, aku pasrah
Air bah tiba dari mana saja
Uangku tidak berguna.

Datanglah bang.. 
Rawat lagi Hutan Aceh 
Pupuk lagi harapanku yang layu.
Akan ku jaga warisan hutan ini kelak pada anak-anak kita baik-baik.

Agar menjadi contoh yang baik.
Agar tumbuh
Agar teduh
Agar damai
Agar mengalir doanya pada kita.
Bukan maki serapah atas serakahnya kita.

Datanglah, bang.
bantu aku bangkit kembali.


(Untuk Tangse.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar