Rabu, 25 Maret 2015

Pada Sahabat Kecil




Apa kabarmu sobat?Lama tidak berjumpa.

Aku masih seperti sedia kala. apa yang perlu kamu tau? Kamu tau pasti tentangku.

Sejak terakhir berpesta kopi, Kita memang tidak biasa membahas pergiokan yang sekarang kian merajalela di atmosfir kutaraja (Banda Aceh). Tidak juga kita terlalu peduli pada lambang dan warna-warni politik kaum biokrat itu.




Akhir-akhir ini, aku sering mendaki perbukitan di tepi Kota pendidikan kita. sama seperti dulu, kita juga tidak butuh alasan untuk mendaki Gunungdengan sekedar rencana yang tidak terduga, kita langsung bertenger disana menanti senja.
Salah satu tempat yang ku kunjungi itu tidak terlampau tinggi, hanya sekitar 300 MDPL saja. sangat ingin ku ajak kau kesana, berdiri diantara kerlap-kerlip lampu kota dan hamparan bintang di langit. Ahh..lagi-lagi aku lupa kau sudah terlalu rapi untuk mendaki, maafkan aku tidak melihat kilatan dasi yang membelit lehermu itu.
Silahkan di minum lagi kopinya.
Kapan kau akan kembali bekerja ke ibu kota? Ia, semoga cita-cita jadi orang suksesmu tercapai.
Banda Aceh masih sama saat kau tinggal di akhir bulan tahun lalu. hanya saja, ibu wali kota kita masih saja sendirian tanpa wakil wali kota.. PDAM juga dapat penghargaan ntah kenapa? Padahal keran air rumahku sudah nampak berkarat jarang terbilas air. ibuku juga kurang tidur karena harus menjaga aliran PDAM yang sering nogol tengah malam. kalau tidak di jaga, tagihannya bisa sebulan gaji ayahku, kata ibu ku.
Ia, hukum cambuk juga masih terlaksana. aku rasa si Parmin sudah keranjingan naik panggung mewah habis jumaatan itu. Katanya, pentas cambuknya selalu di liput oleh seluruh media tersohor manca negara. lihat saja, setelah di hukum berjudi batu Domino. dia selalu melempar senyum pada para penonton yang rata-rata berkupiah haji saat di cambuk usai Juma'atan. Seperti penyanyi legendaris dunia saja dia menyapa penonton dari pangung itu .
Aku rasa dia pantas berbangga, setidaknya impian menjadi tenarnya sudah kesampaian melebihi ketenaran Haji Bakri yang pernah ke tangkap basah mesum di salon, tapi tidak pernah naik panggung. mungkin panggung itu khusus buat orang-orang miskin kayak si parmin, jadi jangan heran soal Hukum di Indonesia Raya tercinta kita. penegak hukum memang selalu "sok jagoan" kalau menindak masyarakat miskin.
Ahh..sudahlah, Ibu kotamu dan kotaku juga sama. apa kamu tidak mau menyantap hidangan Mie Aceh? kata presiden jokowi yang sempat mampir makan Mie Aceh saat kunjungannya minggu lalu, rasanya sangat sedap. mungkin benar, tapi soal makanan tentu saja rasa lapar koki terhebatnya.
Aku mulai resah dengan presiden kita satu itu, kulihat dia semakin kurus sekarang. Bagaimana menurutmu? ia, memang Pemerintah Aceh sangat tepat mengajak dia dan istrinya makan mie dan martabak. setidaknya dia tidak perlu bohong cita rasa pedas masakan kita.
Kemarin saat presiden datang aku teringat si Putri, anak korban konflik pada 2003 silam. bapaknya di culik dan tidak pernah pulang lagi. Seminggu kemudian ibunya di tembak di depan nenek Putri yang sedang membuat timphan (kue khas Aceh). kata seorang kawan yang memperdengarkan kisah si putri padaku. Segerembolan OTK (orang tidak di kenal) bersenjata api mendobrak pintu rumahnya. Darah ibu putri besimbah membasahi adonan tepung dan daun pisang bahan membuat timphan neneknya itu.
Saat itu Putri masih berumur 3 tahun, tapi sekarang dia sudah tumbuh menjadi perempuan remaja. Tentu dia tau apa yang terjadi pada ayah ibunya saat masa buruk itu.
Tapi, bukan hanya itu gelisahku, nasipnya tidak se-sedap mie Aceh dan martabak itu. Dia kini hampir tidak mampu menyelesaikan pendidikan di sebuah MTsN (Sekolah Menegah Tsanawiyah Negeri) di Kabupaten Aceh Besar. Sedangkan nenek Putri sudah berusia sangat senja, biaya sehari-hari Putri di gais dari berjualan sayur-sayuran yang di tanamnya.
Aku sangat resah bila mengingat cerita si putri itu sobat. saat para mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) beratasnamakan kita sekarang berkuasa, mereka berlaku seaakan-akan rakyatnya sejahtera baik-baik saja. Ayah-Ibu dan Anak-anak tidak ada yang jadi korban ujung senjata masa lalu. seharusnya putri ikut menikmati perdamaian dengan memberi dia kesempatan bercita-cita agar tersebuhkan lukanya.
Bagaimana jika nanti orang senasip dengan putri bangkit dan balas dendam?apakah harus kembali kita menutup pintu rumah rapat-rapat seperti dulu. menebak siapa yang mati saat pukulan beduk menasah (Langar) terdengar mengabsen hampir tiap pagi?
Seharusnya, masa lalu Aceh yang pedas, kini terasa nikmat seperti hidangan Mie Aceh depan pak Jokowi waktu lalu. tapi sudah lah, mungkin para panglima itu sedang sibuk mengonta-ganti kaca matanya. Maaf kan aku sampai lupa kita tidak biasa bicara politik maupun cahaya meugiwang (berkilau) dari tiga jari tangan kananmu.
Sepertinya tengah malam sudah menyambut , mari kita habiskan kopi yang tingggal seteguk lagi. Terima kasih sudah mendengarku malam ini. sampai berjumpa kembali sobat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar