Sabtu, 31 Januari 2015

Sepotong Kisah Perjalanan Perang Aceh dari Abu Chek (1)


abu chek

Aceh Besar- Namanya aslinya adalah yahya (89), lahir pada tahun 1936 pada masa Penjajahan Belanda, ia merupakan warga Lamreh Kecamatan Ingin Jaya Aceh Besar yang juga termasuk salah satu saksi sejarah yang masih hidup, dari dirinya lah saya mendapatkan cerita tentang perjalanan perjuangan  heroik masyarakat Aceh dalam membantu meraih kemerdekaan indonesia.

Kenangan Cinta di Selembar Desa

Bidadari Kecil di jembatan gantung.

Akhirnya berjumpa kembali.. setelah lama tegur rindu pada hati yang memaksa mata untuk segera dan segera ingin menatap kamu, yang ku panggil dengan sebutan " Bidadari Kecilku".

Empat bulan lamanya, rindu terpenjara jarak dan waktu, ini pertemuan ke Dua setelah berkenalan pertama sekali di udangan pesta Bang basri, ab sepupumu itu..semua seakan berlangsung cepat kala itu. paras cantikmu dengan sekejap memikat segala aura hati yang ku tak tau harus ungkapkan bagaimana di depanmu.


''Aku pulang ke kampung ikut orang tua ku, bagaimana cara kita bertemu,'' tanyamu sambil kau sodorkan aku setumpuk rindu yang tak muat lagi harus tertuang.
''Ia, aku akan datang kemana pun kamu pergi'' janji ku padamu setelah luruh rintih rindumu kalahkan hujan pada hari itu.

kita memang jarang, dan hampir tidak bisa segampang kekasih lainnya untuk berjumpa, walau sekedar tegur sapa. Negeri petro Dolar (Lhokseumawe) adalah kota mu dan aku di kutaraja (Banda Aceh). terlalu jauh rasanya jarak kota saat itu, bagi kita yang di kurung usia.

''Baiklah, kita akan bertemu saja di kampung ibumu di gempang,'' kemudian kita akhiri telponan malam itu, setelah lama merajut rencana dalam hayalan yang amat tinggi hanya untuk dapat bergengaman tangan.

Sore itu di Geumpang, aku telah lebih dulu sampai, setelah lelah ku kebut motor mengikuti pacuan rinduku padamu. Dan seperti biasa hujan selalu turun di bulan September di Desa Geumpang ini, sesuai namanya kan Rika, Geumpang (Gerimis Panjang).

Kabut-kabut mulai sembunyikan pandanganku ke arah Jembatan Gantung, dari seberang desa ibumu, disana ku menunggumu di rumah pemiliknya yang ku pangil Abua.

Resah, sangat resah sedangkan pikiran terus membayangkan, bagaimana  kamu keluar dari kabut itu, dengan hayalan gaun putih yang kamu kenakan,mungkin sedikit berlari-lari kecil, kemudian memelukku, ahh, begitu indahnya... Agak nakal memang hayalanku (seperti di film "Snow White" itu kan rika).

''Duk, duk,duk,'' nah..suara geruduk papan Jembatan Gantung berbunyi, tanda ada yang menyeberang, ku harap itu kamu.

Kabut masih tebal menghalangi padanganku, sedikit ku hela dengan tangan sambil ku sodor sedikit ke depan leherku mencari jarak pandang yang jelas.

''Hahaha," ku dengar tawa dari 2 wanita yang tak mungkin bukan kamu, mendekat dan terus mendekat.

Wahh..mendecapku dalam hati, ini saat yang paling ku tunggu, sambil sedikit ku bayangkan adengan fFlm "Kuchi-Kuchi Huta Hai" saat Syahrul khan dan Angeli berlari diatas sebuah jembatan kayu panjang film itu, setelah lama memendam rindu,dan cinta yang tidak terungkap. hahaha.. Lebay memang, tapi begitulah Rika hayalku.

''Hai, apa kabar, kapan nyampeknya?'' basa-basimu dengan serius telah merusak adegan film india  yang sedang ku sutradarai sendiri di pikiranku, yang pemerannya adalah kita

''Ah, gak ada romantis-romantisnya,'' sahutku sedikit dengan nada merajuk. hingga kemudian jawaban genitmu mampu terbangkan lagi mataku pada wajah putih jernih tanpa noda.

''Yang penting kan, aku selalu sayang kamu,'' haufff... hela nafasku menangapi rayumu.
Berada didepanmu saat kau ucapkan itu, seakan-akan aku berada di taman penuh bunga dengan cuaca sedikit sejuk, sambil duduk mandang senja yang agak kebiruan..indahhhhnyaaaa..hehehe.

''Akhirnya jumpa juga ya bang.''
''Ia, udah lama ya kaq.''

Hari tidak nampak berjalan, sebab mendung kuasai langit, hingga kemudian, hujan  turun terus-menerus seakan memainkan nada yang jelaskan dia ahlinya.

Kita duduk di teras, bercengkrama sewajarnya dan berusaha tidak melepaskan gengaman yang kita janjikan.

''Disini asik ya kaq, sejuk kali.''
''Ia, kk pingin tinggal disini nanti waktu tua, ya bang,'' mataku terus memandang wajahmu yang lurus memandang rintikan hujan dengan penuh pesona.

''ia, itu juga impian ab kaq,'' kataku, sambil ku arahkan tangan pada rintikan-rintikan yang hanyutkan suasana dan kitapun berjanji akan selalu menyayangi hingga kita menikah dan tua nanti.

kemudian kembali ku sodorkan kata ke daun telingamu,''aku mencintaimu rika,'' dan tidak henti-hentinya ku bisikan itu, mengungah perasaan, agar tersimpan dalam jiwamu.

"tiiittt..tiiit."

Suara motor di iringi pangilan namamu, buyarkan lamunan kita,'' itu kaq prina,'' jawabmu dengan spontan, di ikuti raut wajah tak ingin secepat itu dia datang.

''mau pulang ya kaq?.''
''Ia, kk harus pulang bang, gk enak nanti di tanya mama kemana pergi lama kali.''
''Ia,,hati-hati ya kaq,'' meski tak ingin rasanya kamu pergi.

''Aaabang.. kakak rindu kali sama ab, kapan bisa ketemu lagi..?.''
''besok ya kaq, secepatnya.'' ucapku menenangkan tanya rindu yang padahal kita tak miliki lagi kesempatan itu, sambil ku seka sedikit air mata yang jatuh di wajahmu.

''Jangan nangis beh kakak, kita pasti jumpa lagi,'' kata-kataku tenangkan gelora cinta yang belum habis terbagi.

Meski tak sangup, ini saat nya kamu pergi, kabut masih sama seperti kamu datang, setiap gerak dan langkah kakimu, tidak henti ku simpan sebagai kenangan. Sedikit-demi sedikit  kabut terus menelan pandanganku hingga ke jembatan gantung kembali berbunyi, menandakan kamu telah pergi.

heaahh.., raut wajahku kembali meredup sambil ku simpan setitik air di sudut mata.

''Akhirnya kamu pergi lagi bidadari kecilku'' di jembatan gantung itu kuharap kita akan kembali suatu hari nanti. 



















Jumat, 30 Januari 2015

Bunga Rengali

RENGALI namanya, sebuah bunga dari hutan daratan tinggi gayo yang membuatku jatuh cinta. Sebuah bunga yang hanya ku kenal nama dengan seketika buatku terlena dalam ketenangan mendengarnya dari petikan gitar dan alunan khas suara khas pemuda gayo. 

"MUAZZIN KLAKSON"


"Tit.tit.tit.tiiitt..tit.," begitu bunyinya.
Saban Shubuh suara berupa Klakson dari sebuah kendaraan, kerap terdengar meluncur di jalan berbadan kecil depan toko saya tinggal. Tepatnya di Kampung Panggo.kecamatan ulee kareng, Banda Aceh.

"REBANA PECAH"



Emosi mereka melimpah. Lagu cinta berhamburan di teriaknya, tidak peduli merdu.Selamat datang setan, Silahkan masuk atau pergi buru yang lainnya.
Sudah jenuh-keruh seperempat Abad yang di jalani,

Belum juga usai pertarungan berkeringat darah itu.
Raut wajahnya, keluh-mengeluh dalam diam. Hayalnya belum nyata menyentuh tanah. Dia tinggal jejak, dia di tinggal mimpi, tinggallah harum si jelita di angkasa.