Senin, 30 Maret 2015

Puisi: Dengar..!

Tergantung berada dimana? Maka kau akan melebur sebagaimana aromanya.

Menjalar searah pikiran yang tersangka benar, maka telanjanglah Adam.

kau, aku, terikat dalam segumpal daging yang berbicara

Sabtu, 28 Maret 2015

Foto : Kegembiraan Menyambut Hujan.



Hujan yang mulai turun sejak musim panas yang berkepanjangan di wilayah Aceh Besar dan Banda Aceh disambut gembira Anak-anak sekolah Dasar (SD) yang bertempat di lingkungan kampus Abulyatama, Aceh Besar dengan bermain dalam genangan air di depan salah satu gedung kuliah kampus tersebut saat jam pulang sekolah.

Buang 'Hajat'

Foto kawanan kerbau menyeberang Krueng (sungai) Teungku,
Aceh Besar
 / Rahmat Hidayat (2009)
HAJAT. Sudah jadi kebiasaan hampir seluruh masyarakat yang berada di penggunungan maupun di kaki gunung yang di belah oleh banyak sungai membuang 'hajat' didalamnya.

Pemukiman yang rengang maupun tidak mampu membangun sanitasi memang bukan sebuah alasan atas kebiasan yang dipandang 'lucu' oleh mereka yang biasa meloloskan ampas lauk pauk ke dalam tampungan.

Rabu, 25 Maret 2015

Pada Sahabat Kecil




Apa kabarmu sobat?Lama tidak berjumpa.

Aku masih seperti sedia kala. apa yang perlu kamu tau? Kamu tau pasti tentangku.

Sejak terakhir berpesta kopi, Kita memang tidak biasa membahas pergiokan yang sekarang kian merajalela di atmosfir kutaraja (Banda Aceh). Tidak juga kita terlalu peduli pada lambang dan warna-warni politik kaum biokrat itu.

Jumat, 20 Maret 2015

Cerita : Nasehat "Jangan Mabuk" Dari Pemabuk.

NASEHAT. Malam kian larut, cahaya purnama mendesak masuk dari rimbun tajuk pohon yang lebat menutupi batang sungai di sebuah tempat yang tersembunyi. Kami menyebutnya tempat "rahasia". Jauh dari kebisingan dan hiruk-pikuk sombongnya kota.
Tempatnya memang agak terpencil, namun hanya 20 menit dari pusat kota Banda Aceh. Tidak ada Listrik disana, penerangan hanya mengandalkan rambatan cahaya jilatan api dari kaleng bersumbu yang diisi minyak bumi.

Kamis, 19 Maret 2015

Badai Februari

Badai Februari selalu Dasyat. saya selalu remuk di bantainya. Isi kepala berhamburan entah kemana? Tapi saya hidup, masih berjalan dalam daya yang semakin meredup.

Ini minggu ketiga dipersembunyian, Februari sudah reda, namun berganti nama Maret yang panas. Daun-daun luruh dari batang, kali ini tiada tempat lagi untuk berteduh sembuh.


Cerita : Mengenang Cinta Mahasiswi Kedokteran Berhati Gunung.

"Wajahnya sangat cantik, Kalau di pikir-pikir, ntah di mana ganteng saya sampai anak kedokteran itu suka sama saya," kata seorang kawan yang punya badan tegap, tampang garang, lengan berotot berkulit hitam pudar pada malam kamis,11 maret 2015 itu.


Kamar berkotak 4x4 ini memang sepi tidak seperti biasanya, hanya tinggal kami berdua berbaring malas dengan Handphone di tangan. Beberapa Lagu era reformasi dari Iwan Fals dan lagu cinta pilihan ikut duduk di telinga menemani suasana sunyi ruangan.
Biang keroknya memang dari Lagu cinta dan rapal mantra pengasih dari orang lemah psikologis yang saya dengarkan padanya untuk sekedar mengundang tawa, sehingga berhasil membuat kami tertawa bersama-sama. Begini bunyi mantra yang sempat saya rekam pada selembar malam yang membuat kami tertawa saat menolong dia yang bicara meracau sedang gesot di tengah pinggir kota Blang Pidie pada penghunjung 2014 silam.

"Hong, Segala Bak, ku sintak kenong peurede, keudeh ku hoi keuno kajak, menyoe ka galak kah bak qe, dengan kalimat lailahailallah."
Setelah merapal itu, kemudian orang yang kurang waras itu langsung minta di rekam lagu cintanya. Lagi-lagi saat mendengar dia melantunkan lagu dengan lirik, "Indah malam sayang, na bulen purnama, megeudam hai adoe, teingat ke gata." Serentak kami tertawa mendengar suaranya yang melengking seperti kenalpot tua.
Tentu kami bukan orang yang percaya akan mantra pengasih itu, kami hanya mengambil tawa, sambil kemudian saya ceritakan bagaimana dia menanyakan harga mobil kawan saya yang enak sekali duduknya, lagi-lagi itu membuat kami tertawa hingga akhirnya dia bercerita tentang kisah cinta yang membelit beberapa kawan seangkatan dan seniornya di sebuah organisasi pecinta alam (Mapala) di fakultas berlambang timbangan, di Universitas ternama di Aceh oleh seorang anak Fakultas Kedokteran berparas bidadari, katanya.
Kisah itu lagi-lagi membuat saya tertawa terpingkal-pingkal saat mendengar dia berkata tidak menyangka bisa di sukai oleh wanita secantik anak kedokteran itu. Padahal di antara hampir puluhan lelaki yang masuk dalam persaingan "Bursa saham cinta" itu , hanya dia dan seorang seniornya yang berwajah boros dan kelam.
"Entah kenapa dia suka saya? Tapi hidup saya, baru itu sekali merasa ada wanita yang suka sama saya," katanya sambil sangat serius menyambung cerita. Sedangkan saya terus tertawa mendengar dia menyebut satu persatu para pengejar cinta wanita berparas cantik mahasiwa jurusan pilihan sejuta umat itu.
Semua persaingnya saya kenal, tapi dia melarang saya menyebutkannya agar tidak mengundang tawa ataupun murka mereka akan cerita lucu yang mereka sendiri pura-pura tidak saling bicara kenangan itu.
Saya mengenal kawan saya ini sebagai orang yang garangnya minta ampun. selain seorang yang selalu berdiri lantang saat mengelar "Demo" pada saat masih menjadi mahasiswa, juga pernah menghantam seorang anggota polisi yang "sok jagoan" di kampus untuk membela adiknya yang terbelit urusan mahasiswa, dan mungkin karena tempat tinggalnya juga di wilayah basis pemberontakan GAM masa dulu, hingga membuat gayanya tersirat sangat bugam (Macoe..)" tertempa kerasnya konflik senjata yang kepanjangan.
Tapi malam ini, mata saya terkencing-kencing mendengar cerita cintanya.
Di antara semua lelaki yang mendekati wanita itu, hanya dia yang disukai, kata kawan si wanita yang juga dekat dengannya saat itu. Tentu serta-merta hal itu membuatnya sangat senang, tapi hanya dinikmatinya dalam hati ketika mendengar berita gembira yang setara dengan mendengar berhak menerima "harta karun" berupa berlian sebanyak segudang padi. 

"Tapi saya harus mundur meski lampu hijau tanda cinta menyala, karena melihat tingkah salah satu senior saya sedang cinta mati padanya," Katanya.
Walaupun di balik itu semua, senior itu tidak tau bahwa jelita itu sama sekali tidak cinta, karena sayang melihat seniornya yang pantang menyerah mengejar wanita sekelas wajah Raisa itu. Akhirnya dia memasang wajah hambar tanpa dosa di suatu senja dan mengatakan pada si wanita: Bahwa kamu bukan pakaian bagi saya.
Wanita yang hobi mendaki gunung itu menangis, katanya. Saya tertawa. Dia menangis untuk orang yang kalah telak bila ikut seleksi wajah dia antara pemburu cinta wanita itu lainnya.

 "Saya tidak tau pasti kenapa dia suka saya, mungkin karena saya pernah menyodorkan kaki saya saat dia ingin menaiki diding bak truk yang tinggi saat kami akan berangkat camping ke puncak Kuta Malaka," ujarnya.

Kali ini, Laki-laki berwajah preman itu nampak serius, lalu tiba-tiba tersenyum dan lanjut berkata, "Atau mungkin karena saya pernah memberikan jaket saya saat dia kehujanan di sebuah pendakian." Hahaha..saya kembali tertawa karena tidak menyangka dia seromantis itu. Dia juga ikut tertawa sambil membenarkan kejadian itu dengan anggukan kepala dan wajah tulus itu ke arah saya.
Setelah lama tertawa plontang-planting mendengar ceritanya sambil saya berkata tidak menyangka dia begitu lembut orangnya, kemudian dia lanjut bercerita. "Setelah saya menolaknya, dia mengatakan kata yang sampai saat ini masih saya ingat: saya tidak akan menikah dengan orang Aceh. Dan hari ini saya melihat itu, dia menikah dengan orang Bandung pada 2011 silam."
Kini suasana menjadi sedikit rapat setelah dia menceritakan itu, padahal sebelumnya dia sempat pernah menceritakan bagaimana dia merasa terharu dan geli sendiri saat meniup lilin kue ulang tahun yang di bawa wanita itu saat ulang tahunnya. Padahalnya lagi katanya, seumur hidup dia tidak pernah merayakan ulang tahun.
 "Baru kali itu saya meniup lilin, Hai dari nek kon hantom ta kaleun peukaten lage nyan (dari masa nenek saya, memang tidak pernah melakukan hal demikian), "cetusnya hingga membuat saya kembali tertawa terpingkal-pingkal. Yang sebenarnya memang begitu adanya tradisi Aceh yang masih dianut kuat dalam keluarga.
Sebenarnya yang membuat saya terus tertawa bukan karena sekedar kisah cinta yang kini sedikit dia sesali. Karena menurut saya, gagal cinta biasa bagi anak muda. Tapi apa jadinya jika sebuah kisah melankolis terjadi pada lelaki dengan Gaya "Rambo" dan sikapnya yang serba jantan itu, namun rela bergadang demi membuat kado ulang tahun sampai jam 4 pagi.
Saat semua para pesaing di bursa cinta calon ibu dokter mengeluarkan senjata mematikan dengan memberi kado berharga, dia hanya berfikir sederhana dan se-desa-desanya, hanya seongok potongan bunga Karang yang dirakitnya dengan lem menjadi sebuah bunga karang besar yang kemudian dia balut dengan selembar koran tanpa hiasan apa-apa. Tanpa perekat lem, hanya ujungnya dia pelintir.  Diremas begitu saja agar melekat. Sungguh lelaki yang seenaknya saja.
Tapi siapa tau, hanya kado miliknya yang dibawa pulang wanita itu setelah perayaan di tonggrongan burger trotoar depan Bank Mandiri Banda Aceh malam itu.
Dalam hal wanita dan cinta dia memang bersikap acuh, namun di bakik sikap itu rupanya, sikap sok coolnya lah yang membuat dokter berhati gunung itu menyimpan obat penawar gelisah hati.
Calon istri dari Wanita Aceh memang terkenal dengan "mahar selangit" tapi, kepadanya wanita itu sempat berkata, "Kalau kamu yang lamar, aku hanya minta dua mayam emas, tapi kalau yang lain dia minta 50 mayam emas." Tentu dimana-mana yang saling mencintai akan banting harga dari pada untuk orang yang maksa cinta. Di situ kadang dia merasa bangga.
Namun, itu masa lalu katanya, "Tapi saya masih belum habis fikir dan sering lucu sendiri kalau lihat diri saya, lelaki ini pernah disukai wanita secantik dia," katanya sambil tertawa terbahak-bahak, kemudian membuat saya ikut mencampur suara dengannya dengan tawa tidak kalah besar dengan meriam bambu.
Semua itu kini hanya tinggal masa lalu yang lucu menurutnya, setidaknya dia masih merasa menang meski mundur demi teman, dan selebihnya karena merasa diri tidak mampu membuatnya bahagia.
"Tapi saya menang, kata kawan saya, saat dia mengingat saya saat berjalan dengan orang lain, di situ saya menang," katanya setelah menceritakan kabar ingatan itu dikatakan sahabat wanita sekamar wanita itu padanya, setelah wanita itu terpaksa pergi menerima ajakan seorang pesaing yang suka maksa. Dan dia hanya tertawa mendengarnya.
Mengingat kenangan di usia se-begini, dia hanya bisa mengirim doa agar wanita laksana salju yang pernah cinta kayu arang itu, bahagia dengan suaminya dan semoga secepatnya punya momongan.
Dan di balik tawa saya yang seenak mulut sampai sakit perut, sungguh, cinta itu tumbuh dengan cara sangat misterius, pada sikap yang tidak disangka-sangka atau kemustahilan rupa yang tidak seberapa. Semua mungkin sepadan menuju sempurna. Namun, lagi-lagi tergantung kita siap atau tidak menerima hal yang dapat mengejutkan dunia yang mungkin juga membuat kita langsung mati berdiri kena serangan jatung.
Bagi semua jomblo senasip, saya hanya ingin mengatakan, "Saat kesempatan ada, ambil saja
hingga kamu dihadapkan pada pilihan selanjutnya."