Sabtu, 28 Maret 2015

Buang 'Hajat'

Foto kawanan kerbau menyeberang Krueng (sungai) Teungku,
Aceh Besar
 / Rahmat Hidayat (2009)
HAJAT. Sudah jadi kebiasaan hampir seluruh masyarakat yang berada di penggunungan maupun di kaki gunung yang di belah oleh banyak sungai membuang 'hajat' didalamnya.

Pemukiman yang rengang maupun tidak mampu membangun sanitasi memang bukan sebuah alasan atas kebiasan yang dipandang 'lucu' oleh mereka yang biasa meloloskan ampas lauk pauk ke dalam tampungan.
Tentu tidak ada yang janggal dalam sebuah kebiasaan, sama halnya seperti saudara kita di ujung timur. Sedangkan di kampung ujung barat ini, ada warga sangat menikmati membuang hajat didalam sungai secara sendiri maupun berjamaah.


Saya sama sekali tidak tergangu dengan kebiasaan yang saya sendiri juga harus ikuti jika sedang berkunjung ke salah satu kampung yang berada di lembah Gunung yang menjadi tempat pendeklarasian GAM pada 4 Desember 1976 oleh Hasan Tiro, yaitu: Gunung Halimun.
Malam ini, diakibatkan pertanyaan yang dilontarkan seorang wanita yang saya kenal baik di nyata atau dunia maya dalam komentar Facebook secara humoris, membuat saya kembali tertawa mengigat kebiasaan warga di sebuah kampung yang pernah di landa banjir bandang pada 2011.
Hati-hati menyapa sungai saat suasana gelap di kampung itu, karena suasana dengan rentang waktu menjelang pagi, menjadi waktu upacara buang hajat (Berak) bagi warga, saran ini saya katakan berdasarkan pengalaman saya.
Waktu pagi, sungai yang berada di depan halaman rumah warga yang membelah pemungkiman, biasanya selalu di boking oleh kaum perempuan. Sedangkan yang laki-laki akan memilih alur sungai di atasnya yang agak bersemak belukar.
Pengalaman saya itu terjadi di sebuah pagi yang sangat lucu dan memalukan, pada pukul 6 pagi, perut saya sangat tidak bersahabat, rumah tanpa toilet yang hanya dimadai dengan sumur yang di tutup persis pakaian "you can see" di luar rumah, membuat saya langsung tancap kaki menuju sungai yang tepat berada di depan halaman rumah.
Airnya dingin dan mengalir dengan sepoi-sepoi. Tali pinggang sudah saya buka. Tangan sudah bersiap meloloskan celana untuk melepas badai dalam perut yang semakin mengemuruh. Tapi tiba-tiba ada suara agak serak menyulut, " ehegemm" mungkin begitu notasinya.
Karena suasananya gelap, saya sulit menemukan asal suara manusia itu. Perut terus mengerutu, tapi saya masih menahan celana saya, karena saya tau,saya tidak sendiri di sungai ini.
saya semakin penasaran, hati saya tidak nyaman dengan ehegman yang tidak saya temukan empunya-nya, untuk memastikan darimana, saya kemudian menghidupkan senter yang saya dapatkan sekaligus saat beli Handphone.
Belum 2 detik center saya arahkan ke belakang, tiba-tiba suara seorang wanita menghardik," Bek ka sente-sente hai (Jangan senter-senter hai)." Saya sangat terkejut dan langsung berlari tanpa sempat bilang maaf pada tiga ibu-ibu yang berjongkok 10 meter di belakang saya. sungguh saya terkejut dan tidak ingin membuangnya ke sungai lagi.
Rupa Tiga ibu itu seperti "Ninja" hanya mata yang terlihat diselubung kain sarung. Cahaya senter memang belum mengarah pada mereka yang sedang ber'upacara'. saya merasa bersyukur mereka cepat 'mengabsen', karena jika tidak, apa jadinya jika saya ikut upacara buang hajat pagi dibarisan yang salah.
Kembali pada cerita teman wanita saya di Facebook yang juga berasal dari kampung di penggunugan yang sama. dia bertanya pada saya. setelah membahas status sepinya yang semakin meradang, saya membalasnya dengan "filosofi toilet". kata saya, sepi itu terkadang dibutukan untuk menuntaskan suatu yang menyesakkan.
Dia menjawab: Mending di sungai sambil nikmati alam.
Terus dia kembali bertanya: kalau lewat kerbau bagaimana? ‪#‎karena‬pengalaman di kampung#, tulisnya di bawah komentar.
Sambil bersemedi selama 4 detik di depan layar Hanphone untuk mencari solusi yang paling damai bagi kedua belah pihak yang bertemu dalam keadaan tidak disegaja, kemudian saya mengetik komentar dengan mengatakan,
"Oo..Gampang..! Saat dia melihat, pasang sedikit wajah marah. kalau tidak berhasil, sapa dia dengan senyuman penuh pesona di ikuti kedipan mata sebelah kiri dan bilang "Hai" sambil melambaikan tangan. kalau sudah begitupun dia juga masih berdiri heran melihat kamu jongkok. tarikkk nafasss dalam-dalam dan bilang " lagee keube kah (seperti kerbau kau) ..! insyallah dia akan kaget dan lari karena kita tau namanya . ( Tips hadapi kerbau saat berak di sungai bagi wanita). Selamat mencoba

Tidak ada komentar:

Posting Komentar