Selasa, 03 Februari 2015

Ekspedisi Puncak Harapan Peut Sagoe





Gempang- 25 November 2013 Pukul 17.35 WIB, Pagi yang cerah mengiringi awal dari perjalanan Tim Ekspedisi "Investarisasi Flora dan Fauna Gunung Peuet Sagoe". Gunung Api yang masuk dalam kabupaten pidie tersebut mempunyai ketingian  2780 MDPL (meter diatas permukaan laut) , atau setara dengan 9121 kaki.






Dari Banda Aceh Menuju gunung peut sagoe menghabiskan waktu perjalanan darat selama 6 jam mengunakan mobil angkutan mini bus hingga ke Desa Blang Dalam, Kecamatan Mane, Kabupaten Pidie.

Dihalaman rumah setengah permanen milik Abdulah Samad keuchik  kampung yang biasa di sapa dengan nama panggilan Chek Son, setelah semalam kami di izinkan menginap di rumahnya. Delapan anggota tim PAL. Caniva-51 USK telah siap untuk melaksanakan seremoni pelepasan pendakian. beriiringan dengan hangatnya mentari pagi, tim pun dijemput oleh mobil Off Road hasil dari modifikasi warga setempat dan siap melaksanakan perjalanan menuju SP1 yang merupakan jalur awal pendakiaan,


Lokasi SP1 satu, dulunya merupakan tempat yang pernah ditinggali oleh sekelompok masyarakat transmigrasi dari pulau jawa. Jalannya menanjak dan penuh bebatuan tajam, namun tuntas di gilas  si kaki karet tumpangan kami. Melewati jembatan-jembatan kayu serta aliran alur-alur kecil, tawa riyuh teman-teman membuat perjalanan semakin seru dan menantang.

Tiba akhirnya tiba  di persimpangan jalan terakhir yang dapat dilalui oleh mobil tersebut, disinilah perjalanan kaki di mulai. awal pendakian menuju SP1( awal pendakian) kami mulai mengandalkan otot kaki. dalam perjalanan ini, semua tenaga tim di uji dengan Melewati jalan setapak yang kian mendaki dan berlumuran lumpur sisa hujan yang kerap datang selepas siang hari. Jejak kaki tercetak tegas tanpa penyesalan kami datang.

Setelah berjalan selama 4 jam, kami di SP1 untuk beristirahat siang. Tempat ini dulunya berpenghuni masyarakat transmigrasi dari daerah lain, namun  kini hanya tinggal puing-puing lampu jalanan dan reruntuhan bangunan tua gambaran konflik Aceh dan RI yang mencekam sebelum mencapai damai pada 2005 silam .


Matahari semakin terik, malas rasanya untuk melanjutkan perjalanan setelah memasak dan makan, bukan karena aku seorang wanita, namun semangat kawan-kawan mengalahkan kemalasanku dan kamipun melanjutkan perjalanan. Seiring berjalanannya waktu, tibalah kami di penghujung sungai yang mengalir begitu derasnya. Perjalanan tim pun terhenti sejenak. 
Menyebrangi sungai yang luas dan arus yang deras merupakan hal yang biasa bagi kami, walaupun itu derasnya arus sungai dapat menatang nyawa jika tidak dicermati cara penyebrangannya. 

Cahaya mulai redup, matahari mulai tenggelam, langkah kaki kamipun terhenti, sampai akhirnya kami memutuskan untuk mencari lokasi yang bisa dijadikan tempat mendirikan tenda malam ini. Cuaca Bulan Desember memang tak bersahabat, Hembusan angin malam ini begitu mencekam,  hujan yang semakin lebat, membuat tim bergegas untuk segera beraktivitas. Menghidupkan api, mengumpulkan kayu, mendirikan tenda, memasak, merupakan aktivitas yang harus kami lakukan setiap malamnya bagaimanapun cuacanya.

Setelah makanan ,seperti biasanya ritual yang bernama "breakfing" selesai kami lakukan untuk mengecek kesiapan tim dan menyiapakan  langkah perjalanan besok, hingga akhirnya pada pukul 22.00 kamipun terlelap dengan doa dalam keheningan malam untuk tantangan esoknya. 

Kicauan burung membangunkanku pagi ini. Udara masih terasa sangat segar, berbeda jauh berada di sudut kota  yang penuh dengan polusi dan kebisingan. Kami harus segera bergegas, mengejar waktu dan target perjalanan breafing semalam.

Seiring berjalannya waktu, tibalah kami di kaki tujuan."Subhanallah.. begitu luar biasa ciptaanmu," sejenak tersentak di pikiranku. Vegetasi yang kompleks, kehidupan yang unik, pemandangan yang luar biasa indahnya. Banyak tanaman dan hewan unik yang kami jumpai sepintas jalur pendakian. Beragam jenis jamur, bunga Anggrek, Raflesia, kantung semar, Edelweis, Serangga, Ayam Hutan, Bunglon, dan beberapa spesies lainnya yang kami tidak tau namanya hidup rukun di bahwah tajuk pohon. Andai saja aku bisa lebih lama di sini. Ketenangan yang tidak bisa ku dapat diluar sana.

Ekspedisi ini memakan waktu hingga empat hari, ada 4 cam yang setiap harinya kami capai sebelum puncak, pertama SP 1, SP 4 dan kemudian satu lagi tempat tidak bernama dalam rimba, hingga hari ke 4 di kaki Gunung  Peut Sago dengan suasana alam terbuka berselubung kabut.

Caldera, begitulah sebutan untuk savana yang tumbuh di kawasan letusan gunung berapi tersebut. tingginya 1 meter hingga menutup dada, rupa hijaunya, bagaikan permadani yang empuk dan lembut yang terbentang luas disetiap mataku memandang. Kabut menghampiri puncak yang akan kami tuju.

Ternyata cuaca hari ini lagi-lagi  tidak bersahabat. Jalan tak selamanya lurus, hidup tak selamnya mulus, apa yang telah kami prediksikan kandas dimakan cuaca. Kecewa yang amat mendalam menghampiri benakku. Tinggal satu langkah lagi untuk mencapai tempat tujuan. Akan tetapi resiko itu mengurungkan niat kami untuk melanjutkan pendakian ke puncak gunung Peut Sagoe. Kembali dengan penuh kekecewaan, perjalanan menjadi tak berarti. Tapi ini bukanlah akhir dari segalanya.

Belajar dari setiap kesalahan, ke depan akan harus lebih baik. Perencanaan dan persiapan atas segala resiko harus ada disetiap manajemen perjalanan. “Tujuan bukan utama, yang utama adalah prosesnya" layaknya petikan lagu Iwan Fals – Seperti Matahari yang kugandrungi.

 Walaupun kaki-kaki kami tidak menginjak puncak gunung Peut Sagoe, tapi jiwa kami tetap bersamanya. Jiwa dan semangat petualangan takkan punah dimakan waktu dan takkan luntur walau terus diguyur hujan Dan bagi para petualang  berikutnya, kutitip salam bagi puncaknya.(Laila Pudica)


Empat sisimu, aku rindu
Mendaki cadas lentang jalur indahmu
Memijit kembali keram punggungan tangkasmu yang jarang didaki
Menyentuh kembali jutaan pucuk caldera yang mendayu
Sungguh rindu ku tatap lembahmu.
Berselendang hijau pepohonan
Kemudian medayung tangan di atas kabut. 
Bermanja dengan dingin.rupamu selalu ku ingat
Di Ribuan langkah jalan pulang, ku simpan harapan untuk kembali datang.

(Salam Sarang Petualang)
*C.098
Anggota mapala Caniva Pertanian Unsyiah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar