Ilustrasi Mata/mgmpsmpn1kedokanbunder.blogspot.com |
Tadi Malam,
aku berbicara dengan tuhan, ku datangi dia dalam gelap. Ada gemuruh di dada yang beriring
dengan air mata, mungkin itu tanda aku tiba.!!
Ku pangil
namanya dengan sendu,”Allah..Allah..Allah.” Tiada jawaban yang ku dengar, tapi jiwaku
merasa mesra, seakan dia didepan mata yang ku tutup.
Dengan
sekejap, suasana syahdu merengkuh tali-tali urat yang keram, seakan aku berada
dalam pangkuan yang tidak berbentuk, lalu ku hempas semua tangis yang ku simpan dari
semua mata manusia, ku katakan semua kata
kehilangan yang begitu menghancurkan hatiku, betapa kerasnya hidup yang
ku jalani sendiri. Aku mengeluh.
Setelah
sekian lama terencana. malam ini ku ungkap semua resah yang kian meluap. Sudah
lama ku sembunyikan tangis dari dunia sepi ini, kemarin, masih kulawan segala
halangan dalam hidupku sendirian, karena kenyataannya, aku memang sendiri
menjalani hari.
Pada bunda, aku
malu untuk pulang sebelum pantas,aku sangat ingin membuatnya bahagia dengan
sebuah Wisuda yang belum juga ku dapat setelah 9 tahun lamanya menjalani
kuliah. Dan kekasih yang ku tunggu selama 7 tahun, telah lama meninggal rasa
sakit yang sangat setelah malam 22 januari 2015, dia katakan dengan tegas tanpa beban, bahwa tidak
mencintaiku lagi, betapa semakin hening hari-hariku. namun itu lah hidup.
ku fikir
karena aku laki-laki, tangisan tidak mampu merontokan tenagaku. Namun salah,aku begitu lemah tanpa kelembutan, bukannya sebuah hal yang keras akan pecah jika
terhempas pada alas yang keras..meski, hari-hariku yang ku jalani begitu keras
kepala.
Malam ini
aku datangi tuhan, aku menangis di pangkuanya, aku bercerita bagaimana lelaki
ini merasa seakan tidak berbentuk, tidak berguna. Namun di balik semua aku malu
padanya . tiba-tiba sebuah tanda tanya hadir dalam media hati..adakah aku
datang kala senang?
Dan maaf kan
aku ya Allah, aku jauh dari cahaya, ku benar-benar berharap malam ini engkau tidak
marah dan pergi seperti lainnya, maafkan manusiamu ini. Aku merasa tidak miliki
sahabat selain engkau. maka rengkuhlah aku seerat-eratnya.
Maka tolong, redam aku dengan sangat, hatiku hancur. Bercerita banyak pada manusia bukan
sifatku. Hingga dengan benar-benar tulus ku katakan, jangan tinggalkan aku
seperti mereka.
Aku
kelelahan berjalan di tempat titipan ini, aku kalut dalam melawan keinginan
yang tiada habisnya, hingga aku kalah dalam pertarungan yang di buat-buat oleh
manusia.
Dan Allah,
aku mencintaimu dengan sepenuh tubuh yang berjiwa, ijinkan kukatakan isi hatiku
dalam belaianmu malam ini.
“Padamu
Allah , perjalananku begitu berliku menujumu. Setiap derap langkah terlalu
bangga ku percepat tanpa menyadari engkau lah yang mengerakkannya. Maaf kan aku
juga Allah. Aku terlalu angkuh menyatakan hati ini miliku. Aku terus berbagi cinta tanpa sisi padamu.
Hingga hari
ini aku sangat sadar, bahwa hati ini milikmu, engkau yang maha membolak-balikan
hati. Engkau yang maha tahu atas kesombongan yang ku tutup, atau rencana yang
tidak ku miliki kuasanya.
Allah
tuhanku, aku remuk dalam hari yang tidak dapat ku andalkan lagi, terlalu banyak
kekecewaan yang ku ciptakan pada mereka yang pernah lelah menunggu rencanaku,
kini ku sendiri ya Allah, hatiku kesepian tiada kawan, maaf kan aku terlalu
jauh meninggalkanmu.
Sungguh aku malu datang malam ini, namun aku sendirian disini, yang terkasih di dunia
menghianatiku meski ku katakana segenap jiwa ini untuknya. Rupanya aku sadar ya
Allah, manusia tidak butuh yang tidak dapat di rengkuh..rasa akan mati dalam
jarak dan waktu.
Aku sangat
rindu berada dalam pangkuanmu, maka biarkan aku lelap dimalam ini, hingga ku
sejenak lupa akan kesedihan seperti katamu,“sesungguhnya orang yang beriman
tidakakan bersedih hati.” Maka ku akui aku jauh dari itu ya Allah.
Namun, dengan sungguh dan sangat, ku harap
engkau tidak meninggalkan aku sendirian. Karena aku benar-benar ingin menangis
dipangkuanmu malam ini, bercerita, menangis sekuat-kuatnya. Karena aku adalah milikmu
tuhanku yang maha agung.
Tiada upaya selain dari pertolonganmu, wahai pengasih, maka gerakan lah hatiku menuju kepasrahan yang tulus, maka kuatkan lah tubuhku menuju bait-bait yang tertulis. aku rindu menatap wajahmu dalam tentram tiada tara, dalam Lima yang hanya kita.
Panggo raya, (31/1/2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar