Selasa, 28 November 2017

Cananga Odorata

SEULANGA. Aku mengenalmu sejak lama. 
Sejak sekarangan penari mengagungkan namamu Seulanga yang bersahaja di sekolahku. 
Namamu diarak ke segala penjuru angin. 
Namun di rumahmu Kutaraja, kupula, mahoni dan trambesi lebih mudah ditemui para tetamu. 
Sama seperti Jeumpa, Kamu tak lebih hanya simbol yang cukup mekar abadi dengan semen di Simpang 5. Mahluk hidup yang teranggap mati. Tidak perlu berakar, berdaun dan menebar pesona wangi bunga. Cukup dikenal nama. Entah bagaimana mereka berpikir? Selalu saja berbuih-buih mengagungkan masa lalu, tapi pura-pura lupa telah menimbun bekasnya dengan sampah. 

Aku pernah bermimpi menanammu sepanjang jalan kampusku. Agar wangimu sedikit menyemangati hari yang tak selalu menyenangkan.  Namun mimpi itu tidak pernah tuntas dalam nyata. Maafkan aku. 

Hari ini kusentuh kamu lagi, Cananga Odorata. Aku melihatmu seperti kekasih yang begitu kukenal di sudut sekolah itu. Aromamu yang kental merambat dalam lembab ke hidungku membuat malu bougenville berbunga merah jambu yang perdu. 
Aku memahamimu sang pemalu. Bungamu yang kuning tunduk biarkan begitu, meski mereka cukup mengenalmu dengan bernyanyi dan menari hingga sadar dirimu bukan milik mereka lagi. Tapi sekarang, bersendaguraulah denganku Seulanga, sampai klimaks bersama tanpa perlu malu-malu.