Minggu, 11 Juni 2017

Hati Sebuah Hutan

Di sebuah desa pinggiran hutan yang udaranya sejuk, berjalanlah seorang ibu bersama anak perempuan kecilnya menuju hutan untuk mencari rotan. Di bahu kirinya tersangkut tas dari goni beras yang talinya terbuat dari kulit pohon. Saat ingin memasuki hutan, sebuah mobil doubelcabin yang berisi penuh orang berkacamata hitam melewati mereka dengan gagah.  

Anak: Siapa mereka, Ibu?
Ibu: Mereka orang kota yang menjaga dan melindungi hutan kita, Nak. 

Anak: Untuk apa hutan kita mereka jaga, Ibu?
Ibu: Agar tidak ada yang menebang pohon dan menghancurkan sumber air. 

Anak: Apa kita akan ditangkap karena menebang rotan, Ibu?
Ibu: Tidak, Nak. Kita hanya mengambil seperlunya saja. 

Anak: Apa hutan di kota lebih subur dari hutan kita, Ibu?
Ibu: Tidak, Nak. Kota itu tidak ada hutan seperti kita. Di sana tidak banyak pohon. Mereka mengantinya dengan menanam bangunan yang megah-megah. Karena itu mereka bersikeras menjaga hutan kita agar dapat hidup nyaman dari oksigen dan air hutan ini. 

Dengan raut wajah penuh tanya, anak perempuan itu pun menatap lekat pantat mobil bertuliskan "Lestarikan Hutan untuk anak cucu kita" yang hampir hilang di tikungan sembari tangan mungilnya mengengam kuat kain sarung ibunya yang lusuh.

Keduanya adalah potret kampung yang sering kota sepelekan, yang padahal kota hidup dari kasih sayangnya. 

(14 April 2017)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar