Sabtu, 19 Agustus 2017

Geram



Erang mengelegar mencium langit
Sabar tidak senang dicabut sampai ke akar-akar.
Ada kabar yang terus mencabik-cabik, bagaimana bisa diam itu menarik?
Sekian pikiran lumpuh berbauk busuk, cangkang tidak juga berganti.

Sebahagian berani menunggu tanah, sebahagian mengantung nasip pada air.
lalu apa itu rumah? apakah seperti sepetak meja tidak berlauk-pauk yang ada hanya pisau?

Kali ini tiada alasan lagi untuk tidak percaya Tuhan, lilit tali doa panjang-panjang
Tubuhmu, tubuhnya, hanya pakain nyawa dari air dan tanah.
ditulis detik ini, baca dikemudian mati.

Jika ragu masih terpancang dalam, menangislah yang kencang malam ini sampai kau melihat Tuhan dalam gelap sekalipun,
Peluk erat kasih-Nya, Tuhan tidak bercanda. 

(Lambaro kafe, 18 Mei 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar